Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

MASA-MASA

Gambar
Dibuat :  20.27 /  28-02-2014 Ditulis : Fikih Hidayatulloh Sisi gelap, hitam, terang, putih Adalah bagian dari aku kini Aku tidak membunuhnya, m asa lalu ku Tapi aku juga tak ingin dia membunuhku sadis Tikaman pelan tapi mematikan Aku akan biarkan tiap goretan dalam sisi-sisi hidupku Semuanya, semua tentang luka atau melukai Atau tentang tawa dan menertawai Entah tentang apa saja itu Tak akan ku hapus juga tak akan terhapus Biarkan dan lihat siapa yang mendominasi Jalan ini adalah lukisan hidup Dan aku sedang melukisnya Aku akan beri ragam warna sesuai mau ku Atau juga sesuai jalan Tuha untuk ku Aku seniman, kita semua seniman Dan kita akan sama memberi warna pada kehidupan kita Goretan akan kita cipta Tentang apa saja Tentang gemilang warna atau juga gelap jalanan Semua tentang masa laluku belum pasti tentang masa depanku Juga mungkin masa laluku akan jadi sebaliknya Berhenti

MERINDU

Gambar
Dibuat :  01.55 /  23-02-2014 Ditulis : Fikih Hidayatulloh Kebisingan membungkam jiwa pengelana Dalam hujan dia hentikan jalan Diam dia bicara dalam mulut yang tergadaikan Dia bersuara hanya untuk dirinya Tak ada orang lain Entah karena ditinggalkan atau meninggalkan Dia disana !! Didepan tungku perapian entah milik siapa Baranya masih menyala Apinya masih tersisa Bara dan api itu ditinggalkan tak dibawa pulang pemiliknya Gubuk petani Disana dia sejenak istirahatkan jasadnya yang lelah Jasad yang bersandar dalam diam Namun fikirannya jauh pergi dalam angan Angan yang merindu teman bicaranya Sang Pengelana merapatkan duduknya Hangat meraba tubuhnya yang kuyup sebab hujan dijalan Hilang sudah badan bergetar Berhenti sudah nafas tak beraturan Dia hangat Dia hanya beristirahat Jauh dalam dadanya dia meyakini Tuhan telah berikan jalan ini Dan dia akan terus telusuri Tidak mencari sebab Tuhan telah berjanji Berusaha meski Tuhan t

PERTIWI AKU CINTA

Gambar
Dibuat :  22.54 /  06-02-2014 Ditulis : Fikih Hidayatulloh Fikiran kotor gue hanyut terbawa hujan,  langit merindu, bintang tersipu dan tanah bawa angin beraroma haru disela sahutan guntur yang terdengar merdu. Duka yang melulu datang tak juga hilang dimakan waktu, pergi atau menunggu tak ada yang pasti jadi satu. Duka lagi lagi datang sebelum sisa lalu benar-benar hilang. Duka tak pernah pasti pergi dari tanah pertiwi yang tak pernah benar-benar dicintai. Sebagian mereka hanya berkicau untuk sebuah simpati, sebagian lain diam seolah tak lihat apa yang sedang terjadi. Pertiwi-Ku pilu, pertiwi seperti tak mengenal siapa mereka yang telah menginjakan kaki disini. Untuk alasan apa dan kepentingan seperti apa? bisa jadi jauh dari kata cinta. Dahulu begitu banyak darah berceceran demi cinta yang bertebaran, sekarang orang akan malas berkorban untuk alasan yang tidak sulit untuk diterjemahkan. Individualis akan menjadi momok yang lebih sadis dari penjahat yang paling b