PENGENDALI API

Dibuat : 16.52 / 20-11-205
Ditulis : Fikih Hidayatulloh


Jika memang harus, biarkanlah mereka terbakar, biarkan dengan sedirinya atau ketika pemilik mereka yang memintanya bukan karena kau atau mereka yang lain. Lihatlah ketika hijau itu juga hamparan savananya berubah warna, berubah menjadi abu dan merubah biru langit jadi kelabu.


Tengoklah jangan hanya memaku pada lututmu, rasakan sampai sejauh apa kau bisa pahami yang terjadi saat ini, bukan hanya sekedar menangisi. Ini tak sepenuhnya petaka, ya tidak sepenuhnya jika saja dari sela-sela abu itu sebuah kehidupan baru mulai tumbuh mencumbumu, memberi gairah dan semangat yang justru kau senangi jika membakarmu.


Panas mentari itu bukan kali ini saja atau bukan sekali saja akan membakarmu sepanjang kau tumbuh. Nanti lagi mungkin akan datang api, bisa saja lebih besar atau bahkan jauh lebih besar dari ini.


Ingat kau harus mengerti lebih dulu!



Jika saja api itu bisa lebih besar lagi, kau pun bisa, bahkan melebihi api ini. Itu jika kau mau, atau kau mau ambil kendali, itu akan lebih berarti, atau kau lebih senang terbakar, menggelepar dan hancur melebur hilang tanpa dikubur atau juga menjadi abu yang hitam, abu membuat awan biru itu jadi kelabu. Itu pilihanmu!



Pahami ini hingga kau benar-benar mengerti, setelah itu bukalah kisah barumu, tetapi bukan untuk kembali dalam keterpurukanmu. Belajarlah untuk menerimanya serta mengambil segala hikmahnya, semua segalanya yang menurutmu akan berguna, bukan untuk kembali ulangi kesalahan lagi. Yang telah dan akan terjadi nanti biarlah datang dan pergi, kau hanya harus lebih siap dari ini.



Tumbuh dan besarlah hingga dari benih baru ini kau bisa selimuti bukit mimpi dengan hijaumu yang baru.




#inspirasi :gizel & ajeng

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENUNGGU PUNAH

GADIS DESA TENGAH KOTA (Cerita Fiksi)

AKU PAMIT SEKALI LAGI