Gn. GEGER BENTANG XXV
05-08 Des ‘13
Semoga Tuhan Mengiringi
Setiap Langkah Kami !!!
Tuhan Bersama
Orang-orang Pemberani !!!
Tuhan, inilah kami dan KAU telah melihat
kami, mengenal kami amat dekat karena kami tercipta atas kehendak-MU. Kami
telah terpanggil, tapi tidak semua dari kami mengerti panggil-MU. Sebagian dari
kami mendengar antara samar dan jelas, namun sebagian lainnya menutup telinga
seolah tak mendengar apa-apa. KAU telah menyeimbangkan kehidupan, mereka yang
mendengar selalu berdampingan dengan yang tuli dan kau telah ciptakan segalanya
secara berpasangan. Maha Besar Engkau dengan segala Kehendak yang telah KAU
tebarkan diseluruh permukaan Galaksi.
Tuhan, KAU lah yang menghendaki kami
untuk MELIHAT apa yang KAU karuniakan bagi kami, tapi tidak semua dari kami
dapat melihat. KAU bicara dan sampaikan pesan-MU agar kami MENDENGAR cerita nyata kebesaran-MU, tapi banyak
diantara mereka lebih memilih menyumbat dalam-dalam telinga mereka. KAU tulikan
sajalah mereka !!. Mereka menutup rapat hidung mereka, berlindung
dalam dinding beton tuk hindari AROMA tak sedap perbuatan mereka sendiri ditempat
sembarang, kami tau karena mereka bagian dari kami. Mereka selalu tahu mana yang
benar dan dibenarkan, mereka juga tau mana yang salah dan tidak dibenarkan,
tapi kenapa mereka DIAM. terlalu beratkah berbicara tentang kebenaran??.
Tidakah mereka sadar dengan semua yang mereka nikmati selama ini?? apa yang
mereka makan, apa yang mereka minum dan segala hal yang mereka KECAP. Pernakah
mereka berfikir dari mana semua itu berasal, atas kehendak siapa, dan adakah
mereka sudah membalas walau hanya sekedar syukur. Besar anugerah selalu tak
cukup bagi mereka, lalu kenapa tak kau lepaskan saja apa yang ada di genggaman
mereka dan biarkan mereka terjatuh dan terjerembab dibagian terdalam, lalu kau
cabut rasa sakitnya agar dia tak sadar saat MERABA ternyata mereka sudah tak
miliki tangannya. Dan biarkan mereka terbang ke awang tanpa pijakan dan pergi
jauh-jauh dari muka bumi dan jangan pernah biarkan mereka kembali. Terimakasih
Tuhan karna telah kau sempurnakan kami, dan membuat Aku dan Sebagian Kami sadar
atas Agungnya kebesaran MU Tuhan. Dan untuk Kalian sebagian dari Kami,
BERFIKIRLAH, gunakan otak-mu sebelum waktu menghabiskan kesempatan yang telah
diberikan !!!, dan saat kau sadar waktu sudah tak lagi bersama mu.
"Kau Melihat, Kau Mendengar,
Aroma Diam Meraba. Berfikirlah !!"
Aroma Diam Meraba. Berfikirlah !!"
Terimakasih Tuhan, KAU telah sempatkan
kami MELIHAT, MENDENGAR, MENCIUM, MENGECAP dan MERASAKAN kebesara yang KAU
hamparkan, yang membuat kami sadar dan BERFIKIR begitu kecilnya kami dan tak
berartinya kami.
"Lindungilah Setiap Langkah
Kami Punggawa PANDAPA !!"
Kami Punggawa PANDAPA !!"
Disini kami saat ini, tempat dimana
Pendahulu-pendahulu keluarga kami terlahir begitu juga AKU, tempat dimana AKU
diantar mereka para Pendahulu dan begitu pula AKU dan rekan-rekan Ku mengantar
adik-adik Ku untuk melihat begitu luar biasanya anugerah-MU
dan merasakan udara bau tanah meresap masuk kedalam tiap rongga-rongga tubuhku.
AKU kembali, disini dijalur yang sedikit
berbeda namun masih ditempat yang sama Gunung Geger Bentang. Mengantar mereka
(Ahdan, Yoga, Wahyu, Sadam, Risanti, Imam, Putu, Tiksan, Ari, Beni dan Hans).
Mereka dilepaskan dengan khidmat,
jajaran do’a dan pesan penyemangat untuk saling menjaga mengantar mereka menuju
Gunung Geger Bentang, tempat yang sudah dijelaskan. Tempat dimana mereka akan
mendapatkan jati diri mereka, menjadi manusia-manusia yang lebih mengerti siapa
diri mereka dan utuk alasan apa mereka dilahirkan. Ditempat ini mereka BERTAMU,
menjadi PENDATANG bukan PENANTANG.
“Selamat Datang !!”
Lihatlah !! hujan datang sambut mereka
para PETUALANG yang dari sini mereka akan berjalan tanpa memikirkan pulang,
karna dihadapanya telah terbentang jalan menjulang yang sejak lalu
menunggu datang. Langkah pertama pijakan lantang dijalur yang tidak panjang,
begitu penuh dengan semangat. Kami selalu berdo’a untuk kami, untuk setiap
langkah kami, untuk setiap udara suci yang mengalir dalam setiap pembuluh nadi.
“Ya Tuhan, terimalah kehadiran kami,
yang datang dengan membungkuk dan tak bertekad sekecil pun untuk menjadi
penakluk. Tuhan sambutlah salam kami, sebagai pembuka penyambung silaturahmi
untuk api, angin, air, bumi. Juga ridhoilah setiap langkah kami yang hanya
kuasa-MU lah akan menghilang jejaknya. Cinatilah kami sebagaimana kami
mencintai segenap ciptaan-MU yang terhampar luas tanpa batas.Aamiin…”
Dengus nafas terengah dalam langkah
panjang satu jajar menjadi refleksi gambar pudar yang kembali muncul mulai dari
titik samar dalam guyuran hujan. Langkahnya terjaga, dan mereka selalu berusaha
untuk selalu sama menjaga jaraknya. Yang terdepan menunggu yang tertinggal,
yang tertinggal mengejar yang terdepan. Mereka melepas ego mereka, selalu
berusaha untuk saling menjaga, tidak ada yang berjalan untuk kepentingan mereka
sendiri, tidak ada yang berlomba untuk meraih nilai tertinggi. Langkahnya tak
terhenti sebelum diizinkan berhenti, buih peluh tak henti keluar dari tiap
lubang pori, kata-kata perjuangan selalu diingatkan pada mereka, keluhan lelah
berarti menyerah. Sesekali mereka terjatuh karna tak nyaman berjalan dengan
ponconya, tapi mereka bangkit kembali dan bersegera. Begitu seterusnya mereka
membangun diri mereka.
Base 1 Pasir Sumbul, mulai gelap hari
ini ketika mereka tiba pada tempat dimana mereka akan menghabiskan sisa hari
ini. Masih pada urutannya mereka berbaris membagi tugasnya, Bivak, Membuat Api,
Parit dan Memasak untuk Makan mereka. Tidak ada kata lelah, yang terfikir
adalah tugas harus selesai secepatnya. Beberapa kali mereka harus kembali
mengambil posisi, melakukan evaluasi selanjutnya bergerak kembali dan mengambil
posisi lagi.
Hampir tengah malam, kembali mereka
menerima bekal. Seutas tali mereka rajut dengan saling menindih membentuk
simpul beragam dengan fungsi tak seragam. Tangan kirinya menggenggam tangan
kanannya menentukan jalan kemana arah rajutan. Dimulai dengan agak pelan
diakhiri dengan kecepatan dan cahaya rembulan, kemudian diakhiri karna tubuh
mereka harus diistirahatkan.
“Ya Tuhan lindungilah mereka diantara
kami, jagala mereka dalam lelapnya diantara kami yang akan selalu brusaha
melindungi dan menjaganya.”
Baru sebentar rasanya tapi rona samar
sang Mentari membangunkan kami pertanda kami harus tinggalkan Base Sumbul ini
untuk lanjutkan langkah setelah sebelumnya mencari dan menentukan letak kami
(Resection) dengan dua titik ketinggian disekitar tempat ini.
“Bismillahirohmannirohim….”
Kembali kami hanyut dengan Carrier
berdiri membentuk lingkaran tak sempurna, menundukan kepala seraya berdoa untuk
langkah kami selanjutnya...
Kesan pertama selalu menggoda, “Tanjakan
Cinta” langkah awal dimana mereka akan mengerti apa arti TANTANGAN HARUS
DILEWATI dan DIJALANI BERSAMA. Tidak ada yang meninggalkan dan ditinggalkan
satu jalan lewati bersama. Semoga mereka dapat mengerti dan mengambil arti
jalan awal ini, selanjutnya akan mudah segala yang mereka temui.
“Selamat Datang di Gunung Geger Bentang”.
Duduk dan persiapakanlah mental karena tenaga saja tidak akan cukup untuk
melewatinya. Ini tantangan tapi jangan pernah berfikir untuk menantang, jalan
ini lawan tapi jangan pernah melakukan perlawanan. Bersenang-senanglah karena
disepanjang jalan ini kau akan mulai tahu jalan seperti apa yang akan kau temui
nanti.
Mundur bukan pilihan, maju dan
selesaikanlah jalan dan mereka menyambut-mu dengan kabut tipis bawa rintik air
bukan hujan. Keringat mulai bercucuran iringi langkah yang terlihat mulai
tertahan karna jalan semakin tegak mengerikan. Inilah KAU Geger Bentang, banyak
kau tawarkan bantuan tuk meringankan pijakan, akar, ranting dan dahan KAU
ulurkan sebagai pegangan, entah bagai mana tanpa itu.
Sesekali mereka harus terhenti, entah
karna harus mengantri lewati jalan meniti, entah karna jalur yang cukup terjal
mendaki, atau karna sudah terlalu dalam lelah mendekap atau juga untuk hanya
sekedar meneguk air dan basahi tenggorokan yang sudah kering sejak tadi.
Entah berapa sudah yang kami lewati jalan
seperti ini, tak pernah kuhitung sejak tadi, yang jelas sudah terlihat
perubahan ekosistem disini. YA, PUNCAK SUDAH DEKAT! Benar saja, pohon tumbang itu
pertandanya, lekaslah dan beristirahatlah untuk sekedar mengurangi lelah.
Setelah ini bangkit dan berdiri kembali karena kita akan menuju puncak
tertinggi Gunung Geger Bentanng dengan penanda titik Triangulasi.
Kami tegakan diri kami dengan tangan
disisi tubuh kami kami berdiri, dan dimulailah dengan terikan tiga kali Salam
Rimba dengan kibaran Bendera Merah Putih juga Pandapa, hikdmat kami
melaksanakannya seruan lantang Lagu Indonesia Raya pun disambut manis dengan
hujan gerimis dan kemudia mulai terlihat isak satu-satu dari kami mulai
menangis.
“Tuhan, dengarlah do’a kami, disini,
dari sini tempat kami berdiri dipuncak tertinggi dengan titik triangulasi
didepan kami. Jagalah kesatuan kami, jadikanlah kami Punggawa-Punggawa
Pemmberani yang selalu siap dan dan mampu menghadapi segala rintangan yang akan
dengan keras menghempas kami, yang akan membawa kami hanyut tak berhenti, yang
terjal dan curam, keras dan tebal juga gelap tanpa setitik cahaya. Iringilah
selalu langkah kami!!” Aamiin..
Baru sebentar rasanya kami disini tempat
yang kami tuju dari perjalanan ini, ternyata ternyata kami sudah harus pergi
setelah sebelumnya melakuka celebrasi.
"Ayo..ayo..packing lagi, perjalanan tidak
selesai sampai disini."
“Bismillahirohmannirahim...”
Ini dia yang namanya kegiatan Gunung
Hutan selalu ada namanya jalan mendaki dan menurun, naik turun selalu sama
saja, sama menantangnya, sama beratnya dan sama capeknya. Semua harus mulai
terbiasa.
Geger Bentang sudah seperti ini sebelum
kita datang kesini, jalannya naik turun berkelok-kelok, dingin, rimbanya rapat
dan lebat, airnya jernih dan udaranya menyegarkan. Jangan mengeluh dengan yang
ada di Geger Bentang, kita yang datang harus bisa menyesuaikan. Terimalah
segala yang disuguhkan, nikmati dan resapi dalam-dalam dan jangan kau lawan.
INILAH GUNUNG GEGER BENTANG
2042 Mdpl
Untuk Kalian Punggawa-Punggawa KPA.
PANDAPA :
Bang Baso, Barjek, Miki, Sendi, Puspo,
Usep, Bari, Linglung, Dores, Bogi, Seto, Gompal dan Betti
Komentar
Posting Komentar