CELOTEH SI PENGECUT

Dibuat : 16.40 / 11-01-2014
Ditulis : Fikih Hidayatulloh

Aku dan garis garis samar.
Aku diam, jariku bicara dalam ruang bukan kamar, perih sendiri ku nikmati memar yang tak nampak.

Dalam gurat sore yang hampir tak berjarak, dalam lenggang udara aku coba keras bertanya. Mengapa sore terlihat ada dua wajah pada jingga?

Aku terkurung seperti tak punya kuasa lagi, aku menghening beri waktu pada diriku yang sedari tadi kumaki.
Kali ini saja biar, biarkan amarah kutumpahkan pada diriku. Tolong biarkan!

Ini waktunya.
Waktunya diriku mengenali diriku.
Waktunya diriku menyadarkan diriku.
Waktunya diriku menasihati diriku.
Semoga tak terlambat waktuku.
Ya, semoga saja!

Aku bisukah mulutku?
Mengapa tak ada aku dengar dari aku kepada sore yang ku tunggu. Aku akan bicara padanya jingga jika bertemu waktu.
"Jingga aku tak sekuat dan sehebat tempurungku!"Aku seperti busuk dari dalam, aku kau harus tau siapa aku!

Ini mungkin saja! Mungkin aku melihatmu dan kau tak melihatku, mungkin aku mengenalmu dan aku, belum kau tau semuanya dari diriku.
Mungkin jika kuhentikan tangisku saat ini kau yang melanjutkan tangisku nanti, mungkin jika ku tersenyum nanti akan membuat kau dan senyummu terhenti sampai nanti.

Lalu apa baiknya?
Jika aku bisa melupakan masa laluku, jika saja tak pernah aku tau siapa aku.

Akan kutegakan langkahku, mendekat dan menggenggam tanganmu yang selalu terasa ada getar. Akan lekat mataku menatapmu bersuara dan biarkan kau tau setelah itu akan kuterima kenyataan apapun yang kau mau!
insyaallah....

"Celoteh Si Pengecut"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENUNGGU PUNAH

GADIS DESA TENGAH KOTA (Cerita Fiksi)

AKU PAMIT SEKALI LAGI