KISAH MALAM HARI NATAL
KISAH MALAM
HARI NATAL
Tak ada yang direncanakan sebelumnya, tapi DARI SITU TERTULIS SESUATU YANG TAK AKAN
TERLUPA. Kebanyakan mereka datang hanya untuk makan dan sekedar untuk
menghangatkan badan disela-sela hari setelah hujan malam itu. Tempat itu selalu
jadi titik mereka untuk bertemu, siapa saja, karena tempat itu bukan milik
kelompok tertentu, jadi siapa saja bisa dengan bebas datang dan pergi ketempat
itu. Mereka akan diterima dan menerima asal tidak melebihi batas kesopanan.
Awalnya hanya beberapa orang hingga akhirnya berkumpul belasan orang yang tanpa
diundang mereka datang.
Suasana hari masi dalam suasana Natal hari ini, mungkin
sekitar jam 10 malam kurang lebih mereka asik tertawa dan berbicara tentang apa
saja. Dua orang diantara mereka beragama Kristiani, mereka perantau dari pulau
berbeda, yang satu dari Aceh dan satu lagi dari Toraja. Entah dari mana
datangnya ide untuk merayakan Natal mereka yang tidak sedang bersama
keluarganya, fikiran atau ide itu muncul begitu saja. Mungkin karena DISINI KAMI ADALAH KELUARGA MEREKA,
jadi kami wajib ikut serta membahagiakan hati mereka dengan sedikit memberi
kesan perayaan dalam kesederhanaan.
Tawa renyah dan obrolan yang awalnya biasa saja berubah
menjadi undangan untuk mengadakan pesta, diawali uang ribuan dan disambut
dengan pecahan uang lain yang tak seragam semua yang ada berinisiatif untuk
andil dalam bagian hingga terkumpul sejumlah uang untuk modal awal. “Kalau gak ada Musik, bukan Pesta
namanya..” celetukan sekenanya itu langusng disambut dengan dilibatkannya
Sound Marshall lengkap dengan Gitar, Djembe dan Kecrekan untuk semakin
menghidupkan suasana. Lagu pop irama pelan membuka awal pesta, menghangatkan
suasana dingin malam yang semakin larut.
Lembaran uang
mengalir dengan mudahnya demi menggelar pesta yang mereka ingin tanpa rencana,
selanjutnya entah akan dibelikan apa. Dua orang pergi entah kemana, selanjutnya
kembali dengan barang belanjaannya, plastik hitam cukup besar mereka bawa
sekembalinya berbelanja. Kacang, Soft Dring dan Beberapa botol kecil yang kita
semua cukup mengenalnya membuka pesta.
Mereka telah sepakat untuk sekedar berpesata, gelas mulai
berputar diiringi tarikan dan petikan gitar enam senar. Sudah tak terdengar
lagi lagu Pop pembuka suasana, lagu balada penggambar perjuangan kini
ditampilkan dan disambut dengan nyanyi bersama membakar emosi yang ada. Gelas demi gelas membuat emosi didada kian
lepas begitu saja seperti terhempas, mengundang yang lain tertawa, menjawab
atau hanya sekedar beri senyum tipis saja. Mereka lepas tapi terkendali…
Baru sebentar habis sudah botol-botol tadi dalam putaran
gelas, salah satu dari mereka mempertegas “ini baru awal, kita baru akan masuk
dalam pesta!!” sambil melempar kembali lembaran berangka dan disambut dengan
angka-angka lain. Tak perlu waktu lama sejumlah angka cukup besar ramai diatas
meja sana, mereka akan melanjutkan pestanya. “SIAPA YANG DISITU TIDAK PERLUH MENYURUH SIAPA DISITU”, karena mereka
telah mengerti dengan tugasnya, masih dalam bising music yang tak berhenti
mereka berpencar, yang mencari botol, mencari kayu bakar, membeli ayam, mebuat
api dan ada juga yang memasak nasi. Pesta dilanjutkan dengan berkumpul
kembalinya mereka satu-persatu ketempat itu. Hampir tengah malam api menyala
dan semua telah kembali dari tugasnya, membuat api menjadi bara, beras menjadi
nasi dan menghabiskan botol yang tadinya terisi itu menjadi tugas selanjutnya.
Sebagian mulai terlihat sesekali lepas kendali, sebagian lainnya menertawai
tanpa henti, sebagian kecil lainnya menjaga api dan mengiris cabai untuk bumbu ayam
nanti dan yang lainnya lagi terus bernyanyi, “MEREKA MENIKMATI PESTA MALAM INI”. Satu botol berbeda hadir
diantara kami sebagai penyeling, persembahan yang punya pesta malam ini, keras
dan ganas rasanya, membuat yang ada semakin beringas. Menyanyi dan menari
mereka tak berhenti sampai botol-botol tadi hilang sudah tanpa isi. Mereka
sudah tak lagi memikirkan nasi yang dimasaknya tadi, tak lagi memikirkan ayam
yang dibakarnya sejak tadi, karena kesadaran tak lagi bersama mereka malam ini.
Semua tampil dengan gaya berbeda, ada yang menggelepar
terkapar, bersandar pada jeruji, terjatuh dari meja tempat tidurnya, berenang,
bahkan ada beberapa yang disangka hampir hilang. “YANG SADAR MENCARI YANG TAK SADAR” selalu begitu setiap waktu,
setiap kita ada dalam suatu pesta, tapi malam itu agak berbeda, mungkin karena
tempat yang berbada saat mengadakan pesta. Alhasil pesta usai tanpa acara
penutup yaitu makan malam bersama sebagaimana biasa. Ayam hanya termakan
sebagian kecilnya saja, sisanya entah kemana.
Pagi menuju siang satu persatu dari mereka mulai kembali
ke bumi dengan kondisi dehidrasi tingkat tinggi, mau tak mau mereka harus
berkumpul ditempat malam tadi. Mereka bercerita tentang apa yang terjadi
semalam dan tertawa mereka. Mungkin akan jadi MALAM TAK TERLUPAKAN, MALAM ITU MALAM TERBURUK DAN TERBAIK BAGI KAMI
BUKAN KAMU aku tau itu.
Makasih Buat Penghuni Kantek :
Ayah Roni, Bang Ayub, Bang Baso, Bang Bewok, Barjek, Miki, Bangor, Dores,
Kerak, Buduk, Cemink, Toke, Ope, Ganjel, Linglung
Komentar
Posting Komentar